Wanita Suci...
Untukmu izinkan, kugoreskan pena, merangkai kata demi kata khusus untuk dirimu. Mungkin aku memang tak romantis, tapi apa peduliku, kau tak mengenalku dan memang tak perlu mengenalku. Tapi... tahukah engkau? Dalam setiap jarak yang tercipta, ada letup kerinduan yang membuncah. Kerinduan akan sentuhan cinta yang kian menipis dalam kehidupan hari ini. Kerinduan akan Mar'atus shalihat 'perhiasan terindah' di tengah semakin rendahnya harga diri dan kemuliaan kaum yang menjadi tiang negara.
Wanita Suci...
Kau terindah di antara bunga yang pernah aku temui. Kau teranggun di antara dewi yang pernah aku jumpai. Begitu indah kau tercipta sebagai hawa. Begitu anggun kau terlahir bagi adam. Tapi... bagiku kau bukanlah sekedar bunga, tak layak aku samakanmu dengan bunga–bunga yang terindah dan terharum sekalipun.. Tak ada satu perumpamaan pun tuk melukiskan keindahan diri sanubarimu.
Wanita Suci...
Tahukah engkau? Dalam setiap lirikan yang tertatap, ada binarnya yang membekas dan menggoreskan keinginan. Karenanya, jangan pernah kau biarkan aku menatapmu penuh, sebab itu akan membuatku selalu mengingatmu. Berarti memenuhi otakku dengan inginkanmu meski hanya bayang. Berimbas pada tersusunnya gambarmu dalam tiap dinding anganku. Menjadikanku berhasrat sepenuh hati, sepenuh jiwa, sesemangat mentari. Kasihan bayangmu jika harus hadir dalam khayalku yang masih penuh dengan lumpur, dirimu terlalu suci, terlalu mulia.
Wanita Suci...
Dalam setiap senyummu yang terkembang, ada jejaknya yang senantiasa melintas di pikiran. Maka, jangan pernah kau tatapku penuh, bahkan kau tak perlu lirikkan matamu untuk melihatku. Bukan karena aku bertampang macho seperti Zorro, atau memiliki tubuh seprti Rambo. Juga bukan karena aku terlalu indah, sama sekali bukan. Tapi karena aku seorang manipulator. Aku biasa memakaikan topeng keindahan pada wajah burukku, mengenakan pakaian sutra emas, meski diriku lebih kotor dari kubangan lumpur. Kau memang mulia, tapi masih sangat mungkin kau termanipulasi karena kau toh hanya manusia, hanya wanita biasa, meskipun kau wanita suci.
Wanita Suci...
Serapuh kelopak sang mawar yang disapa badai, seperti itulah saat aku sendiri terpenjara sepi. Ketika semua t'lah pergi tiada peduli dengan diri ini. Saat kunikmati hari-hari sepi tiada arti, mencari arti cinta. Saat langkahku semakin lelah karena duniaku telah mendustakan dan menistakan arti kasih sayang. Akhirnya aku menemukanmu saat ku bergelut dengan waktu. Kau hadir atas nama cinta, membawa berjuta cinta dari Sang Maha Pencinta. Dalam tiap kalimat yang terucap, ada baitnya yang menghujam dan tertanam di hati. Saat kudengar tutur kata yang terucap, ada damai yang kurasakan. Bening sinar wajahmu sentuh kalbuku, hilangkan semua pedih dan bimbangku. Engkaulah yang tetap bersamaku saat ku ragu dan bimbang berpikir bisakah kembali. Kau yang s'lalu tenangkan badai agar tetap tegar ku berjalan. Ku cinta caramu mencintai aku, kau buka pintu hatiku. Aku tuliskan rangkaian kata sederhana ini untuk dirimu yang s'lalu bijaksana.
Wanita Suci...
Aku tahu aku takkan bisa menjadi seperti yang engkau minta. Namun selama aku masih bernyawa aku 'kan selalu mencoba 'tuk jadi seperti yang kau minta. Kau telah menjadi terang dalam gelapku saat ku tersesat dan kau pun juga menyelamatkan seluruh hidupku. Maka izinkan aku, selama aku masih hidup di dunia akan kujaga dirimu selayaknya sang putri raja walau ku tahu kau tak suka karena kau bisa jaga dirimu sendiri. Karena itu aku bangga bisa menjadi kenangan, bisa mengenalmu, bisa mencintaimu meskipun ku tahu dirimu bukan untukku. Menyentuhmu merupakan ingin diri, berkelebat selalu, meski ujung penutupmu pun aku tak pernah berani sentuh. Jangan pernah kalah dengan ribuan mimpiku tentangmu dan inginku karena sucimu, Kuatkan diri indahmu tuk kau pertaruhkan. Mungkin kau tak peduli, tapi kau akan jadi wanita biasa, tak lebih, di hadapanku jika kau kalah dalam pertaruangan nafsumu.
Wanita Suci...
Beri sepenuh diri pada dirinya, sang lelaki suci yang dengan sepenuh hati bawa dirimu pada Sang Maha Pencinta. Untuknya dirimu ada, terukir dalam kitab suci, tak perlu dipikir lagi. Tunggulah sang lelaki suci datang menjemputmu dalam rangkaian khitbah dan akad. Atau kejar sang lelaki suci, itu adalah hakmu, seperti dicontohkan ibunda Khadijah. Jangan ada ragu, jangan ada malu, semua terukir dalam kitab suci. Bariskan harapmu pada istikharah sepenuh hati sedalam arti ikhlas. Relakan Allah pilihkan lelaki suci bagimu, mungkin sekarang atau nanti bahkan mungkin tak ada sampai kau mati. Mungkin itu berarti dirimu terlalu suci untuk semua lelaki di alam permainan saat ini. Mungkin dirimu disiapkan untuk menjadi 'Ainul Mardiyah bidadari penghuni surga bagi lelaki pilihan-Nya. Mungkin lelaki suci itu menanti di istana kekalmu yang kau bangun dengan kekhusyu'an ibadah.
Wanita Suci...
Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, tapi itulah pilihan-Nya. Tak ada yang lebih baik dari pilihan Allah, karena Dia Yang Maha Mengetahui.Mungkin kebaikan itu bukan terletak pada lelaki terpilih itu, melainkan pada jalan yang telah kau pilih. Seperti kisah seorang wanita suci di masa lalu yang meminta ke-Islam-an sebagai mahar pernikahannya. Atau mungkin kebaikan itu terletak pada keikhlasanmu menerima keputusan Sang Kekasih tertinggi. Kekasih tempat kita (seharusnya) memberi semua cinta dan menerima yang tak terhingga dalam tiap detik hidup kita.
Wanita Suci...
Engkaulah madrasah pendidik generasi, tempat bersemai mujahid-mujahid pengganti peluh serta darah yang telah tertumpah di hamparan bumi Islam tercinta ini. Dirimu adalah penentram jiwa yang gundah di kala ujian dan goda datang menimpa. Kaulah peneguh hati nan dilanda sunyi, senyummu penyejuk sanubari.diambil dari www.rumahkusurgaku.com
Untukmu Wanita Suci
7:43 PM |
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
PEnGalaman pRibadi mas yHa . .. ^_^
bGus jGa neeH . . .
Post a Comment